Selasa, 20 Oktober 2009

Pesantren Mahasiswa Al-Hikam

Tak banyak pesantren khusus mahasiswa. Dari yang sedikit itu terdapat Pesantren Mahasiswa Al Hikam. Nama pesantren yang terletak di Jl Cengger Ayam 25, Malang 65141, Jawa Timur, ini mulai 'mendunia' setelah pemimpinnya, KH A. Hasyim Muzadi, terpilih sebagai ketua umum PB-NU menggantikan Abdurrahman Wahid alias Gus Dur. ''Seluruh santri di sini adalah mahasiswa yang kuliah di fakultas umum. Bukan fakultas agama,'' ujar Kiai Hasyim saat menerima kunjungan mantan Menteri Agama Prof dr KH Tarmizi Taher pekan lalu. 

Hasyim mengatakan, ia sengaja memilih segmen mahasiswa untuk santrinya karena selama ini mahasiswa belum tersentuh pendidikan agama secara intensif. Pendidikan agama di fakultas umum ia nilai tidak efektif. Ini karena pendidikan agama tidak dibarengi dengan kondisi-kondisi agama yang melingkungi mahasiswa. Dengan kata lain, agama hanya diterima sebagai informasi. Bukan sebagai pegangan hidup. Selain itu, faktor lingkungan di kampus dapat mengubah budaya dan cara berfikir mahasiswa. ''Pengalaman saya mengajar agama di fakultas umum itu tidak efektif.'' 

Karena itulah bersama sejumlah rekannya seperti Tolchah Hasan, Slamet Efendi Yusuf, dan Hasril Harun, ia menggagas pesantren yang didirikan pada 17 Ramadhan 1413 H ini. 

Sewaktu didirikan, pesantren ini cuma memiliki empat orang santri. Seiring waktu, jumlah santri terus bertambah. Kini, di tahun 1424 H, jumlah santrinya sudah membengkak menjadi 200 orang. Selain jumlah santri, pesantren yang awalnya hanya bermula dari sebuah mushala ini, terus menambah jumlah gedung dan fasilitas lainnya yang kini berdiri di lahan seluas 8.000 meter persegi. 

''Semua bangunan dan fasilitas ini diupayakan sendiri berdasarkan doa. Ini untuk menjamin agar pesantren independen,'' papar Kiai Hasyim. Seluruh santri Al Hikam adalah mahasiswa di perguruan tinggi atau fakultas umum yang ada di Malang. Ali Rauf misalnya adalah mahasiswa semester tiga Fakultas Perikanan Universitas Brawijaya (Unibraw). Sedangkan Fani adalah mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Merdeka (Unmer). Lalu mengapa mereka lebih memilih tinggal di pesantren? ''Kalau kost di luar kita tak memperoleh pelajaran agama,'' ujar Ali Rauf yang mengaku tinggal di asrama sebelum masuk pesantren. Hal senada dikatakan Fani. 

Menurutnya, lingkungan di luar pesantren, tempat kost pada umumnya, kurang kondusif untuk pembentukan kepribadiannya. Selain itu, ''Pendidikan di sini sangat membantu program-program di kampus,'' ujar santri yang sudah tiga tahun tinggal di Pesantren Al Hikam. 

Menurut Ali, meski pesantren ini milik orang NU (Nahdlotul Ulama), namun apa yang diajarkan pesantren tak ada kaitannya sama sekali dengan NU. ''Ini pesantren universal. Siapapun boleh masuk sini,'' terang pria asal Purwokerto, Jawa Tengah ini. Daya tarik lain dari pesantren ini, lanjut Ali, adalah program bahasa Inggris dan Arab. 

Kedua bahasa ini memang menjadi bahasa wajib untuk seluruh santri. Tiga hal yang diajarkan pesantren untuk para santrinya. Pertama, amaliyah agama. Ini dimaksudkan untuk mengantarkan para santri menjadi sarjana yang bertakwa, berwatak, berkepribadian luhur, kreatif, mandiri, bertanggung jawab, dan berwawasan ke depan. Kedua, prestasi ilmiah. ''Jangan sampai prestasi mahasiswa di kampus menurun karena menjadi santri,'' tandas Kiai Hasyim. Ketiga, mengajarkan mahasiswa akan kesiapan hidup bermasyarakat. Ini agar mahasiswa mempunyai intensitas keislaman dan keilmuan dalam penghayatan tuntutan-tuntutan nyata masyarakat. 

''Kesiapan hidup diperlukan agar para santri memiliki keberanian untuk menerobos peluang-peluang yang ada di hadapan mereka,'' ujarnya. Bapak dari enam anak dan kakek dari dua cucu ini mengatakan, alumni dari Pesantren Al Hikam diharapkan dapat menyampaikan pesan-pesan agama atau berdakwah di kalangan profesi yang mereka tekuni. Yang berprofesi sebagai insinyur, misalnya, bisa berdakwah di kalangan insinyur. Demikian juga yang berprofesi sebagai hakim, jaksa, dokter, dan lainnya. ''Kalau seorang dokter diberi nasihat oleh seorang khatib, misalnya, mereka akan cuek, sebab ia merasa itu bukan dunianya. Tapi seorang dokter akan lebih gampang diomongin agama oleh dokter yang lain.'' 

Ma'had Aly 
Selain program santri mahasiswa, Pesantren Al Hikam juga akan membuka program Ma'had Aly atau Pesantren Luhur. 

Gedung untuk pesantren Ma'had Aly ini kini sedang dibangun. Menurut rencana, program ini sudah bisa dibuka/dimulai pada bulan Syawal atau November mendatang. Berbeda dengan program pesantren mahasiswa, seluruh santri program Ma'had Aly adalah para santri lulusan pesantren-pesantren salafiyah. Karena itulah program ini oleh Kiai Hasyim disebut sebagai pascapesantren. 

Untuk tahap awal program ini hanya akan menerima santri sebanyak 40 orang. Mereka yang bisa mendaftar adalah para alumni pesantren salafiyah prestisius yang memiliki akhlak mulai, dan menguasai kitab kuning. Menurut Kiai, ilmu mereka umumnya belum 'mengalir' dan wawasannya belum terbuka. ''Mereka akan diajari bagaimana cara menerjemahkan dan menulis buku, menata cara berpikir atau frame of thinking agar ilmu mereka dapat dialirkan ke masyarakat, baik nasional maupun internasional,'' katanya. 



Kiai Hasyim mengatakan, para alumni pesantren salafiyah prestisius itu kaya ilmu tapi miskin metodologi sehingga ilmu mereka sulit dialirkan ke masyarakat. Menurutnya, saat ini ada ironi di masyarakat. Mereka yang memiliki ilmu agama tak bisa 'memasarkan' ilmunya sehingga masyarakat tak bisa mengambil manfaatnya. Sebaliknya, mereka yang 'menguasai' pasaran belum menguasai ilmunya. ''Yang punya barang tak bisa menjual sedangkan yang pintar menjual sebenarnya tak punya barang.'' 

Menurutnya, program pascapesantren ini disiapkan untuk jenjang yang setara dengan program S3 yang memakan waktu 3-4 tahun. ''Perkara Departemen Agama tidak mengakui program ini, itu terserah nanti. Yang penting kita ingin mencetak manusia yang berkualitas.'' 


Melebarkan Sayap ke Depok

Model pesantren mahasiswa dan program pascapesantren Al Hikam Malang ini akan dikembangkan di Depok, Jawa Barat. Menurut KH Hasyim Muzadi, saat ini sudah dimulai pembangunan masjid sebagai langkah awal pembangunan pesantren mahasiswa dan program pascapesantren yang terletak di Kampung Kukusan, Depok, tak jauh dari kampus Universitas Indonesia (UI). Ia berharap para mahasiswa yang ada di Depok dan sekitarnya seperti UI, Universitas Gunadarma, dan Universitas Pancasila bisa menjadi santri Pondok Pesantren Al Hikam 2. 

Sedangkan untuk program pascapesantren, ia berharap para santri lulusan pesantren salafiyah dari daerah Jawa Barat, Lampung, dan Sumatra bisa ditampung di pesantren yang akan berdiri di lahan seluas 1,7 hektare. ''Bangunan masjidnya sudah 65 persen rampung,'' ujar Kiai Hasyim. 


Mantan Menteri Agama Tarmizi Taher menyambut baik gagasan Kiai Hasyim mengembangkan program pesantren khusus mahasiswa dan program pascapesantren serta pengembangannya ke Depok. ''Ini agar para sarjana dapat memberi warna pada peningkatan kualitas moral dan akhlak masyarakat di tengah-tengah bangsa yang masih terpuruk krisis multidimensi,'' ujarnya. 

* sumber: Republika

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar