Selasa, 20 Oktober 2009

Ondel-ondel


Salah satu bentuk pertunjukan rakyat Betawi yang sering ditampilkan dalam pesta-pesta rakyat adalah ondel-ondel. Nampaknya ondel-ondel memerankan leluhur atau nenek moyang yang senantiasa menjaga anak cucunya atau penduduk suatu desa.

Ondel-ondel yang berupa boneka besar itu tingginya sekitar ± 2,5 m dengan garis tengah ± 80 cm, dibuat dari anyaman bambu yang disiapkan begitu rupa sehingga mudah dipikul dari dalarnnya. Bagian wajah berupa topeng atau kedok, dengan rambut kepala dibuat dari ijuk. Wajah ondel-ondel laki-laki di cat dengan warna merah, sedang yang perempuan dicat dengan warna putih. Bentuk pertunjukan ini banyak persamaannya dengan yang terdapat di beberapa daerah lain.

Di Pasundan dikenal dengan sebutan Badawang, di Jawa Tengah disebut Barongan Buncis, sedangkan di Bali lebih dikenal dengan nama Barong Landung. Menurut perkiraan jenis pertunjukan itu sudah ada sejak sebelum tersebarnya agama Islam di Pulau Jawa.

Semula ondel-ondel berfungsi sebagai penolak bala atau gangguan roh halus yang gentayangan. Dewasa ini ondel-ondel biasanya digunakan untuk menambah semarak pesta- pesta rakyat atau untuk penyambutan tamu terhormat, misainya pada peresmian gedung yang baru selesai dibangun. Betapapun derasnya arus modernisasi, ondel-ondel ternyata masih tetap bertahan dan menjadi penghias wajah kota metropolitan Jakarta.

*Sumber: Wikipedia

Dodol Depok


Dahulu kala, Dodol depok adalah makanan yang dibuat oleh para orang asli Depok yang sering di hidangkan sebagai Camilan dalam beberapa acara-acara yang sering diadakan oleh para petinggi-petinggi Belanda dan para pekerjanya. Selain itu, makanan ini juga sudah seringkali menjadi Buah Tangan yang merupakan ciri khas dari kota Depok yang seringkali dibawa oleh para warga Belanda ketika mereka kembali ke negeri mereka.

 

Selama beberapa Dekade, makanan tradisional ini hampir hilang di makan zaman, disebabkan oleh karena tidak adanya tangan-tangan yang ingin meneruskan tradisi ini lagi.

Namun, Sejak tahun 1980-an seorang wanita bernama Lenny Loa, istri dari seorang Depok asli yang bernama Johannes Soedira, mulai memperkenalkan kembali sebuah makanan tradisional Depok yang sempat hilang beberapa generasi sebelumnya ini. Dan bisa di bilang, misinya tidak sia-sia. banyak orang-orang yang sudah mengenal makanan ini sejak dulu, kembali datang untuk mencoba menikmati kembali makanan yang sudah lama hilang ini. dengan modal promosi "mulut ke mulut" akhirnya Dodol depok berhasil mengembalikan kejayaannya. Bahkan tidak jarang ketika ada beberapa warga belanda yang datang ke Depok, menyempatkan diri untuk membeli dan membawa pulang makanan ini sebagai Buah Tangan bagi sanak saudara mereka di sana.

*Berbagai sumber

Belimbing sebagai ikon Kota Depok


Kota Depok terbentuk pada tahun 1999 berdasarkan UU No.15 Tahun 1999, dengan luas wilayah 20029 m², Meliputi 6 Kecamatan : Pancoran Mas, Beji, Sukmajaya, Limo, Sawangan, Cimanggis. Salah satu potensi pertanian yang cukup potensial adalah Pertanaman Belimbing.

Belimbing Depok dikenal dengan Belimbing Dewa, Hasil buah karya petani penangkar Depok Bapak H. Usman Mubin. Buah yang berwarna kuning-Orange keemasan, mengandung vitamin C dan A yang cukup tinggi, buah besar dapat mencapai 0.8 Kg per buah, Rasa manis ditenggarai sebagi obat herbal penurun darah tinggi/Hipertensi, Kencing Manis, Nyeri Lambung, dll, sangat Prospektif dikembangkan di kota Depok dan kini telah menjadi buah unggulan kota Depok karena secara komparatif Buah Belimbing Dewa Depok Lebih unggul dibandingkan buah belimbing yang lainnya yang ada di Indonesia. Hal ini diketahui pada setiap Event Lomba Buah Unggul dan pameran-pameran buah Nasional serta Internasional, Buah Belimbing Dewa ini lebih unggul dan selalu menjuarai sebagai buah unggul nasional versi Trubus.

Potensi pertanian Belimbing di Kota Depok Sampai Tahun 2006 Berjumlah 33.729 dengan total luas Areal 135 ha menyebar di wilayah kota Depok. Perkiraan Tanaman Belimbing yang sudah Produktif dengan umur tanaman lebih dari 4 Tahun, Memiliki kapasitas produksi per tahun 100-150 Kg per pohon per tahun. Tanaman produktif ini kurang lebih sekitar 27.500-28.000 pohon terdapat di Depok.

Sehingga perkiraan total produksi yang dihasilkan dari belimbing Depok berkisar antara 2.700 Ton sampai 3.000 Ton per tahun, Sementara kapasitas Produksi Belimbing jika diterapkan budidaya sesuai SOP Belimbing Dewa, diharapkan produktifitas per pohon dapat mencapai 300 kg per tahun dan jika diasumsikan harga per Kg Belimbing Berkisar antara Rp 4.000 – Rp 6.000, maka Omzet penjualan belimbing setiap tahun berkisar Rp 16 Miliar sampai 24 Miliar per tahun. Nilai yang cukup besar untuk suatu produk pertanian perkotaan.

Pertanaman Belimbing di kota Depok banyak dikembangkan dilahan-lahan masyarakat dan uniknya banyak juga dikembangkan disepanjang kali ciliwung, contohnya di kel. Pondok Cina, Kel. Tugu dan kelurahan Kelapa Dua. Sehingga pemandangan sepanjang kali Ciliwung menjadi indah dan asri dengan keberadaan tanaman belimbing ini, hal ini berpotensi menjadi kawasan Agrowisata Belimbing Depok di Sepanjang DAS Ciliwung. Sesuatu potensi Sumber Daya Alam yang tak ternilai harganya, ditengah hiruk pikuknya kemacetan jalan jalan di kota Depok.

Upaya lain dalam meningkatkan nilai tambah produk Belimbing adalah pengolahan produk. Walaupun usaha pengolahan hortikultura di kota Depok masih minim, akan tetapi sosialisasi pelatihan di bidang olahan untuk memotivasi pengusaha mikro dibidang pengolahan dalam memproduksi olahan hortikultura khususnya buah-buahan menjadi minuman segar terus ditingkatkan. Kini mulai banyak pengusaha olahan di kota Depok yang merintis untuk olahan produk holtikultura seperti buah belimbing dan jambu biji merah diantaranya adalah Bapak Toni, Ibu Maria, Ibu Retno.Toko Fresh e adalah salah satu toko buah segar di Jl. Margonda yang telah melakukan kemitraan dengan Asosiasi Petani Belimbing Depok (APEBEDE) dalam pemasaran buah belimbing, jambu dll.

Walaupun kapasitas penerimaan produk masih rendah sekitar 15-20 Kg per minggu, akan tetapi perlu upaya mempertahankan kemitraan ini. Sehingga Petani memiliki kemampuan untuk berkomitmen dengan pengusaha Ritel Buah Segar yang selalu memenuhi 3 K (Kapasitas, Kontinuitas, dan Kualitas). PT Sewu segar sebagai supplier buah belimbing untuk wilayah Jakarta dan Surabaya telah membantu pemasaran Belimbing mencapai 1 Ton per bulan, dan kapasitasnya akan terus ditingkatkan sesuai peningkatan hasil kualitas belimbing dari para petani kota Depok dan dalam upaya pemenuhan kualitas produk, para petani mulai menerapkan SOP GAP Belimbing DEWA, hal ini juga dipicu dengan peluang pasar komoditas ini masih cukup besar, karena keunggulan spesifik yang dimiliki belimbing Dewa Depok dan cukup diminati konsumen.

Peluang pasar Belimbing untuk kawasan Jabodetabek mencapai angka 6.000 Ton per tahun.

Depok yang memiliki visi sebagai kota niaga dan jasa yang nyaman diharapkan menjadi daerah yang nyaman bagi penduduknya. Kenyamanan tersebut salah satunya dengan tetap mempertahankan ruang terbuka hijau dan potensi lahan pertanian Belimbing yang produktif menjadi salah satu pilihan dalam mempertahankan ruang terbuka hijau perkotaan. (sesuai amanat UU Tata Ruang yaitu RTH perkotaan harus memuat 30% dari total luas wilayah) sehingga kota Depok tetap memiliki komoditas unggulan yang bernilai Kompetitif dan Komparatif khususnya komoditas hortikultura yang merupakan sumber daya lokal (Base Resources) kota Depok yaitu BELIMBING. Keunggulan spesifik ini yang musti dilestarikan, dan menjadi ICON kota, Sehingga di masa mendatang kota Depok tetap memiliki kebanggaan akan sumber daya alam yang potensial dari pengembangan produk pertanian spesifik wilayah dan mendukung ruang terbuka hijau kota Depok.

 *Berbagai sumber

Margonda Raya di malam hari


Ini lah suasana kota Depok terutama di sepanjang jalan Margonda Raya kalau dimalam hari. Layaknya kota besar, sepanjang jalan Margonda Raya mulai jam 3 sore sudah mulai macet dan jalanan mulai lengang lagi sekitar jam 21.


Gedung MargoCity (pusat perbelanjaan) saat ini menjadi ciri khas kota Depok selain gedung UI karena mempunyai atap bangunan yang unik


Pusat perbelanjaan DETOS (Depok Town Square) berada tepat diseberang Margo City

Sekilas Sejarah Terbentuknya Kota Depok


Halo warga Depok, banyak yang gak tau sejarah kota Depok. Ya, kalau warga pendatang seperti mahasiswa, pekerja, dan para pengunjung (turis) mungkin wajar kalau gak tau sejarah Kota Depok, nah bagi warga asli tentu perlu tau sejarah Kota Depok supaya gak terlalu kuper dan tau asal usulnya hehehe... Apalagi saat ini 20 April merupakan ulang tahun kota Depok..

Ini ada sejara KOta Depok yang saya kutip dari situsnya Kota Depok

Depok bermula dari sebuah Kecamatan yang berada di lingkungan Kewedanaan (Pembantu Bupati) wilayah Parung Kabupaten Bogor, kemudian pada tahun 1976 perumahan mulai dibangun baik oleh Perum Perumnas maupun pengembang yang kemudian diikuti dengan dibangunnya kampus Universitas Indonesia (UI), serta meningkatnya perdagangan dan Jasa yang semakin pesat sehingga diperlukan kecepatan pelayanan.

Pada tahun 1981 Pemerintah membentuk Kota Administratif Depok berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 43 tahun 1981 yang peresmiannya pada tanggal 18 Maret 1982 oleh Menteri dalam Negeri (H. Amir Machmud) yang terdiri dari 3 (tiga) Kecamatan dan 17 (tujuh belas) Desa, yaitu :

     . Kecamatan Pancoran Mas, terdiri dari 6 (enam) Desa, yaitu Desa Depok, Desa Depok Jaya, Desa Pancoram Mas, Desa Mampang, Desa Rangkapan Jaya, Desa Rangkapan Jaya Baru.

     . Kecamatan Beji, terdiri dari 5 (lima) Desa, yaitu : Desa Beji, Desa Kemiri Muka, Desa Pondok Cina, Desa Tanah Baru, Desa Kukusan.

     . Kecamatan Sukmajaya, terdiri dari 6 (enam) Desa, yaitu : Desa Mekarjaya, Desa Sukma Jaya, Desa Sukamaju, Desa Cisalak, Desa Kalibaru, Desa Kalimulya.

Selama kurun waktu 17 tahun Kota Administratif Depok berkembang pesat baik dibidang Pemerintahan, Pembangunan dan Kemasyarakatan. Khususnya bidang Pemerintahan semua Desa berganti menjadi Kelurahan dan adanya pemekaran Kelurahan , sehingga pada akhirnya Depok terdiri dari 3 (Kecamatan) dan 23 (dua puluh tiga) Kelurahan, yaitu :

     . Kecamatan Pancoran Mas, terdiri dari 6 (enam) Kelurahan, yaitu : Kelurahan Depok, Kelurahan Depok Jaya, Kelurahan Pancoran Mas, Kelurahjn Rangkapan Jaya, Kelurahan Rangkapan Jaya Baru.

     . Kecamatan Beji terdiri dari (enam) Kelurahan, yaitu : Kelurahan Beji, Kelurahan Beji Timur, Kelurah Pondok Cina, Kelurahan Kemirimuka, Kelurahan Kukusan, Kelurahan Tanah Baru.

     . Kecamatan Sukmajaya, terdiri dari 11 (sebelas) Kelurahan, yaitu : Kelurahan Sukmajaya, Kelurahan Suka Maju,. Kelurahan Mekarjaya, Kelurahan Abadi Jaya, Kelurahan Baktijaya, Kelurahan Cisalak, Kelurahan Kalibaru, Kelurahan Kalimulya, Kelurahan Kali Jaya, Kelurahan Cilodong, Kelurahan Jati Mulya, Kelurahan Tirta Jaya.

Terbentuknya Kota Depok

 

Dengan semakin pesatnya perkembangan dan tuntutan aspirasi masyarakat yang semakin mendesak agar Kota Administratif Depok diangkat menjadi Kotamadya dengan harapan pelayanan menjadi maksimum. Disis lain Pemerintah Kabupaten Bogor bersama – sama Pemerintah Propinsi Jawa Barat memperhatikan perkembangan tesebut, dan mengusulkannya kepada Pemerintah Pusat dan Dewan Perwakilan Rakyat.

Berdasarkan Undang – undang No. 15 tahun 1999, tentang pembentukan Kotamadya Daerah Tk. II Depok yang ditetapkan pada tanggal 20 April 1999, dan diresmikan tanggal 27 April 1999 berbarengan dengan Pelantikan Pejabat Walikotamadya Kepala Daerah Tk. II Depok yang dipercayakan kepada Drs. H. Badrul Kamal yang pada waktu itu menjabat sebagai Walikota Kota Administratif Depok.
Momentum peresmian Kotamadya Daerah Tk. II Depok dan pelantikan pejabat Walikotamadya Kepala Daerah Tk. II Depok dapat dijadikan suatu landasan yang bersejarah dan tepat untuk dijadikan hari jadi Kota Depok.

Berdasarkan Undang – undang nomor 15 tahun 1999 Wilayah Kota Depok meliputi wilayah Administratif Kota Depok, terdiri dari 3 (tiga) Kecamatan sebagaimana tersebut diatas ditambah dengan sebagian wilayah Kabupaten Daerah Tingkat II Bogor, yaitu :

     . Kecamatan Cimanggis, yang terdiri dari 1 (satu) Kelurahan dan 12 (dua belas) Desa , yaitu : Kelurahan Cilangkap, Desa Pasir Gunung Selatan, Desa Tugu, Desa Mekarsari, Desa Cisalak Pasar, Desa Curug, Desa Hajarmukti, Desa Sukatani, Desa Sukamaju Baru, Desa Cijajar, Desa Cimpaeun, Desa Leuwinanggung.

     . Kecamatan Sawangan, yang terdiri dari 14 (empat belas) Desa, yaitu : Desa Sawangan, Desa Sawangan Baru, Desa Cinangka, Desa Kedaung, Desa Serua, Desa Pondok Petir, Desa Curug, Desa Bojong Sari, Desa Bojong Sari Baru, Desa Duren Seribu, Desa Duren Mekar, Desa Pengasinan Desa Bedahan, Desa Pasir Putih.

     . Kecamatan Limo yang terdiri dari 8 (delapan) Desa, yaitu : Desa Limo, Desa Meruyung, Desa Cinere, Desa Gandul, Desa Pangkalan Jati, Desa Pangkalan Jati Baru, Desa Krukut, Desa Grogol.

     . Dan ditambah 5 (lima) Desa dari Kecamatan Bojong Gede, yaitu : Desa Cipayung, Desa Cipayung Jaya, Desa Ratu Jaya, Desa Pondok Terong, Desa Pondok Jaya.

Kota Depok selain merupakan Pusat Pemerintahan yang berbatasan langsung dengan Wilayah Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta juga merupakan wilayah penyangga Ibu Kota Negara yang diarahkan untuk kota pemukiman , Kota Pendidikan, Pusat pelayanan perdagangan dan jasa, Kota pariwisata dan sebagai kota resapan air.

*Berbagai sumber.

Lagi, Kasus Asusila Terjadi di Kawasan Hutan UI


DEPOK -- Tindakan asusila kembali terjadi di lingkungan Kampus UI. Pada Ahad malam (18/10), delapan pemuda yang sedang mabuk digerebek. Ini lantaran mereka sedang melakukan tindakan asusila terhadap teman wanita mereka di Danau Ulin, Kampus UI, Depok.

Menurut keterangan Kepala Sub Direktorat Pembinaan Lingkungan Kampus UI, Dadan Erwandi, tidakan asusila pertama kali dilihat oleh seorang penjual kopi keliling, Asian Nasiatin, saat melintas di Danau Ulin. Ia melihat seorang wanita sedang mabuk di antara empat orang laki-laki. Kemudian, Asian langsung melapor ke Pospol Asrama UI, kembali ke TKP, kemudian menggerebek kedelapan pelaku dan seorang wanita. 

Menurut pengakuan seorang pelaku, para kawula muda yang mabuk ada 10 orang. Sembilan orang laki-laki dan satu orang perempuan. ''Namun, saat penggerebekan, satu orang berhasil meloloskan diri. Sekarang, masih dalam pencarian," ujar Dadan, Senin (19/10).

Dadan menjelaskan, di tempat kejadian perkara (TKP), korban yang bernama Dina pingsan tanpa busana. Pihak keamanan Kampus UI juga menemukan barang bukti di antaranya tujuh kendaraan motor, lima buah
handphone , dan botol miras. Kedelapan pelaku yang tertangkap adalah Lukaman Hadi (23), Mursidi (29), Suhandi (26), Samsudin (23), Hairul (27), Nurudin (24), Indra Agustian (20), dan Abdul Mutolib (22). Mereka langsung dibawa ke Pospol Kampus UI dan langsung ditangani oleh Polres Jakarta Selatan. 

"Sekarang, sudah ditangani Polres Jakarta Selatan. Korban beralamat di Tanjung Barat. Korban dibawa ke RS Graha Permata Ibu," papar Dadan.

Kesembilan pelaku, lanjut Dadan, sudah mengenal korban di Tanjung Barat. Kemudian, mereka yang menggunakan sepeda motor konvoi ke Kampus UI melewati jalan setapak samping Menwa UI menuju Danau Ulin. 

Kejadian seperti itu bukan pertama kali terjadi di lingkungan Kampus UI, Depok, khususnya di daerah hutan UI. Dadan mengungkapkan, pihak UI telah melakukan pengamanan secara maksimal dengan melakukan patroli keliling Kampus UI dan pintu masuk. "Hutan dan danau UI tempat terbuka. Jadi, siapa saja bisa masuk," katanya.

Menurut pengakuan salah satu petugas keamanan Asrama UI, Rohmat, daerah yang rawan terjadi tindak kejahatan di UI adalah di Danau Salam, Situ Gembel, dan Danau Ulin. "Padahal, kami sudah melakukan pengamanan maksimal setiap dua jam sekali patroli keliling untuk mengantisipasi tindak kejahatan. Tapi, di hutan  
kan luas dan mobil patroli tidak bisa masuk. Kejadian seperti kemarin (tindakan asusila--Red) adalah yang pertama di tahun ini," terangnya saat ditemui di Asrama UI.

*Sumber: Republika

Pesantren Mahasiswa Al-Hikam

Tak banyak pesantren khusus mahasiswa. Dari yang sedikit itu terdapat Pesantren Mahasiswa Al Hikam. Nama pesantren yang terletak di Jl Cengger Ayam 25, Malang 65141, Jawa Timur, ini mulai 'mendunia' setelah pemimpinnya, KH A. Hasyim Muzadi, terpilih sebagai ketua umum PB-NU menggantikan Abdurrahman Wahid alias Gus Dur. ''Seluruh santri di sini adalah mahasiswa yang kuliah di fakultas umum. Bukan fakultas agama,'' ujar Kiai Hasyim saat menerima kunjungan mantan Menteri Agama Prof dr KH Tarmizi Taher pekan lalu. 

Hasyim mengatakan, ia sengaja memilih segmen mahasiswa untuk santrinya karena selama ini mahasiswa belum tersentuh pendidikan agama secara intensif. Pendidikan agama di fakultas umum ia nilai tidak efektif. Ini karena pendidikan agama tidak dibarengi dengan kondisi-kondisi agama yang melingkungi mahasiswa. Dengan kata lain, agama hanya diterima sebagai informasi. Bukan sebagai pegangan hidup. Selain itu, faktor lingkungan di kampus dapat mengubah budaya dan cara berfikir mahasiswa. ''Pengalaman saya mengajar agama di fakultas umum itu tidak efektif.'' 

Karena itulah bersama sejumlah rekannya seperti Tolchah Hasan, Slamet Efendi Yusuf, dan Hasril Harun, ia menggagas pesantren yang didirikan pada 17 Ramadhan 1413 H ini. 

Sewaktu didirikan, pesantren ini cuma memiliki empat orang santri. Seiring waktu, jumlah santri terus bertambah. Kini, di tahun 1424 H, jumlah santrinya sudah membengkak menjadi 200 orang. Selain jumlah santri, pesantren yang awalnya hanya bermula dari sebuah mushala ini, terus menambah jumlah gedung dan fasilitas lainnya yang kini berdiri di lahan seluas 8.000 meter persegi. 

''Semua bangunan dan fasilitas ini diupayakan sendiri berdasarkan doa. Ini untuk menjamin agar pesantren independen,'' papar Kiai Hasyim. Seluruh santri Al Hikam adalah mahasiswa di perguruan tinggi atau fakultas umum yang ada di Malang. Ali Rauf misalnya adalah mahasiswa semester tiga Fakultas Perikanan Universitas Brawijaya (Unibraw). Sedangkan Fani adalah mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Merdeka (Unmer). Lalu mengapa mereka lebih memilih tinggal di pesantren? ''Kalau kost di luar kita tak memperoleh pelajaran agama,'' ujar Ali Rauf yang mengaku tinggal di asrama sebelum masuk pesantren. Hal senada dikatakan Fani. 

Menurutnya, lingkungan di luar pesantren, tempat kost pada umumnya, kurang kondusif untuk pembentukan kepribadiannya. Selain itu, ''Pendidikan di sini sangat membantu program-program di kampus,'' ujar santri yang sudah tiga tahun tinggal di Pesantren Al Hikam. 

Menurut Ali, meski pesantren ini milik orang NU (Nahdlotul Ulama), namun apa yang diajarkan pesantren tak ada kaitannya sama sekali dengan NU. ''Ini pesantren universal. Siapapun boleh masuk sini,'' terang pria asal Purwokerto, Jawa Tengah ini. Daya tarik lain dari pesantren ini, lanjut Ali, adalah program bahasa Inggris dan Arab. 

Kedua bahasa ini memang menjadi bahasa wajib untuk seluruh santri. Tiga hal yang diajarkan pesantren untuk para santrinya. Pertama, amaliyah agama. Ini dimaksudkan untuk mengantarkan para santri menjadi sarjana yang bertakwa, berwatak, berkepribadian luhur, kreatif, mandiri, bertanggung jawab, dan berwawasan ke depan. Kedua, prestasi ilmiah. ''Jangan sampai prestasi mahasiswa di kampus menurun karena menjadi santri,'' tandas Kiai Hasyim. Ketiga, mengajarkan mahasiswa akan kesiapan hidup bermasyarakat. Ini agar mahasiswa mempunyai intensitas keislaman dan keilmuan dalam penghayatan tuntutan-tuntutan nyata masyarakat. 

''Kesiapan hidup diperlukan agar para santri memiliki keberanian untuk menerobos peluang-peluang yang ada di hadapan mereka,'' ujarnya. Bapak dari enam anak dan kakek dari dua cucu ini mengatakan, alumni dari Pesantren Al Hikam diharapkan dapat menyampaikan pesan-pesan agama atau berdakwah di kalangan profesi yang mereka tekuni. Yang berprofesi sebagai insinyur, misalnya, bisa berdakwah di kalangan insinyur. Demikian juga yang berprofesi sebagai hakim, jaksa, dokter, dan lainnya. ''Kalau seorang dokter diberi nasihat oleh seorang khatib, misalnya, mereka akan cuek, sebab ia merasa itu bukan dunianya. Tapi seorang dokter akan lebih gampang diomongin agama oleh dokter yang lain.'' 

Ma'had Aly 
Selain program santri mahasiswa, Pesantren Al Hikam juga akan membuka program Ma'had Aly atau Pesantren Luhur. 

Gedung untuk pesantren Ma'had Aly ini kini sedang dibangun. Menurut rencana, program ini sudah bisa dibuka/dimulai pada bulan Syawal atau November mendatang. Berbeda dengan program pesantren mahasiswa, seluruh santri program Ma'had Aly adalah para santri lulusan pesantren-pesantren salafiyah. Karena itulah program ini oleh Kiai Hasyim disebut sebagai pascapesantren. 

Untuk tahap awal program ini hanya akan menerima santri sebanyak 40 orang. Mereka yang bisa mendaftar adalah para alumni pesantren salafiyah prestisius yang memiliki akhlak mulai, dan menguasai kitab kuning. Menurut Kiai, ilmu mereka umumnya belum 'mengalir' dan wawasannya belum terbuka. ''Mereka akan diajari bagaimana cara menerjemahkan dan menulis buku, menata cara berpikir atau frame of thinking agar ilmu mereka dapat dialirkan ke masyarakat, baik nasional maupun internasional,'' katanya. 



Kiai Hasyim mengatakan, para alumni pesantren salafiyah prestisius itu kaya ilmu tapi miskin metodologi sehingga ilmu mereka sulit dialirkan ke masyarakat. Menurutnya, saat ini ada ironi di masyarakat. Mereka yang memiliki ilmu agama tak bisa 'memasarkan' ilmunya sehingga masyarakat tak bisa mengambil manfaatnya. Sebaliknya, mereka yang 'menguasai' pasaran belum menguasai ilmunya. ''Yang punya barang tak bisa menjual sedangkan yang pintar menjual sebenarnya tak punya barang.'' 

Menurutnya, program pascapesantren ini disiapkan untuk jenjang yang setara dengan program S3 yang memakan waktu 3-4 tahun. ''Perkara Departemen Agama tidak mengakui program ini, itu terserah nanti. Yang penting kita ingin mencetak manusia yang berkualitas.'' 


Melebarkan Sayap ke Depok

Model pesantren mahasiswa dan program pascapesantren Al Hikam Malang ini akan dikembangkan di Depok, Jawa Barat. Menurut KH Hasyim Muzadi, saat ini sudah dimulai pembangunan masjid sebagai langkah awal pembangunan pesantren mahasiswa dan program pascapesantren yang terletak di Kampung Kukusan, Depok, tak jauh dari kampus Universitas Indonesia (UI). Ia berharap para mahasiswa yang ada di Depok dan sekitarnya seperti UI, Universitas Gunadarma, dan Universitas Pancasila bisa menjadi santri Pondok Pesantren Al Hikam 2. 

Sedangkan untuk program pascapesantren, ia berharap para santri lulusan pesantren salafiyah dari daerah Jawa Barat, Lampung, dan Sumatra bisa ditampung di pesantren yang akan berdiri di lahan seluas 1,7 hektare. ''Bangunan masjidnya sudah 65 persen rampung,'' ujar Kiai Hasyim. 


Mantan Menteri Agama Tarmizi Taher menyambut baik gagasan Kiai Hasyim mengembangkan program pesantren khusus mahasiswa dan program pascapesantren serta pengembangannya ke Depok. ''Ini agar para sarjana dapat memberi warna pada peningkatan kualitas moral dan akhlak masyarakat di tengah-tengah bangsa yang masih terpuruk krisis multidimensi,'' ujarnya. 

* sumber: Republika

 

Kampung kos-kosan


WILAYAH Kelurahan Kukusan, Depok, Jawa Barat kini berkembang sebagai kampung kos-kosan. Kondisi tersebut sebenarnya sudah mulai menggeliat ketika kampus UI dibangun. Para mahasiswa UI yang berdatangan dari seluruh penjuru Nusantara membutuhkan tempat tinggal saat kuliah. Luas wilayah Kelurahan Kukusan 357 hektare. Dari jumlah itu, 104 hektare dipakai untuk kampus UI.

Menurut Lurah Kukusan H Anwar Armi, dari 8 RW yang ada terdapat tiga RW yang dipenuhi anak-anak kos. Tidak hanya mahasiswa UI namun juga mahasiswa Universitas Gunadarma dan Bina Sarana Informatika (BSI). Kampung ini memang lumayan nyaman untuk ditinggali dan sangat strategis, sehingga tidak banyak waktu yang terbuang untuk mencapai kampus.

Meski demikian, jumlah kamar kos yang ada di Kukusan hingga sekarang tidak terdata. “Kami kesulitan mengumpulkan para pemilik rumah kos, karena rata-rata mereka adalah orang Jakarta yang jarang sekali datang ke Kukusan,” jelas Anwar kepada Berita Kota.

Lurah yang juga pernah mengembangkan bisnis kos-kosan itu mengaku sudah berkali-kali memanggil para pemilik kos. “Tapi nggak ada yang hadir. Padahal Dispenda Depok selalu meminta datanya karena mereka mau dikenai pajak,” akunya.

Dijelaskan, rumah-rumah kos di kawasan itu memang kebanyakan hanya berpenghuni penyewa. Bangunannya pun sengaja dirancang khusus untuk kos-kosan. Satu rumah rata-rata memiliki puluhan pintu kos. “Bahkan sudah ada permohonan untuk membangun rumah kos sebanyak 200 pintu. Lokasinya di seberang stadion. Itu satu pemilik lho,” ungkapnya.

Tak hanya itu, sebelumnya sudah ada pengembang yang memang membangun perumahan khusus untuk rumah kos. Namanya Pondok Kukusan Permai. Dalam kompleks tersebut, ada 300-an rumah yang semuanya dihuni oleh pengontrak. Tak ada rumah yang dijual.

“Enak tempatnya. Saya pernah tinggal di situ. Waktu itu satu rumah dua kamar tidur harga sewanya cuma Rp550.000 per bulan. Pengembangnya juga bikin danau buatan untuk wisata. Anak-anak suka main sepeda air di sana,” ungkap Agus, warga Bojong Gede.

Para penyewa rumah di Pondok Kukusan Permai umumnya juga merasa nyaman tinggal di sana. Tidak ada rasa minder, karena mereka semua sama-sama pengontrak. Akses kendaraan pun cukup mudah. “Begitu keluar kompleks, ada angkot 04,” imbuhnya. 

* berbagai sumber.